Senin, 20 Desember 2010

Mengumpat

Aku sepertinya sudah menjadi bukan diriku
Atau seperti orang yang di jalan-jalan itu
yang bebas berkata apa saja
mengabsen binatang di kebun bianatang
atau menyebut buah-buahan seperti asem atau lainnya

Tiba-tiba saja aku gundah
aku ingin mengumpat
aku g mau seperti jadi diriku sendiri saja
yang hanya manut dengan keadaan
dipaksa untuk mengikuti orang

Hey kamu.....
enak sekali mengatur diriku
Apa kau tak tahu kalau aku harus memikirkan hal lain
aarghh....

Sadarlah choy......

Minggu, 19 Desember 2010

Jaket baruku

Pulang dari kampus dengan perasaan capek di badan, aku memutuskan untuk segera mengambil posisi tidur untuk mengistirahatkan badanku. Tapi pikiranku tak bisa tenang karena perasaanku memikirkan jaket yang baru saja kemarin saya ambil ternyata tidak ada di gantungan. Karena salah seorang temanku sedang pergi maka aku berhusnudzon saja bahwa jaketku tersebut sedang dipinjam oleh dia karena dia pernah berkeinginan untuk meminjamnya. Tapi ternyata pikiranku belum juga tenang karena belum mendapatkan jawaban yang pasti.

Akhirnya aku putuskan untuk menanyakan kepada temanku yang satunya lagi.

“Lihat jaketku g?”

“G tahu mas, lha emange ditaruh dimana?”

“Ya tak gantung disitu kemaren”

Dengan pikiran yang tak tenang itu akhirnya aku paksakan diriku untuk tidur. Ketika bangun sholat ashar dan mengambil air wudlu, tiba-tiba aku melihat jaketku tersebut berada di samping kamar. Dan aku ingat kembali bahwa kemarin aku tidak menggantungnya didalam tapi disamping agar terkena udara. Ya Allah, padahal aku sudah berprasangka pada temanku.. maklum jaket baru..

Kejadian seperti diatas mungkin juga pernah dialami oleh semua orang. Kita memandang hanya dengan kacamata kita saja tanpa memikirkan orang lain, padahal belum tentu persepsi kita itu benar. Yach akhirnya instropeksi terhadap diri kita sendiri agar berpikir terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menyalahkan orang lain.

Kamis, 02 Desember 2010

Sukses dengan Kreatifitas

Pernah suatu kali dosen saya menceritakan di suatu tempat ada lokasi tempat cukur rambut yang memberikan pelayanan spesial kepada pelanggannya. Memberikan welcome drink kepada pelanggan yang baru datang, ruangan ber AC agar pelanggan tidak kepanasan, disediakan hiburan agar tidak jenuh ketika menunggu yang lain, pelayanan yang ramah, dan setelah rambut selesai dicukur diberikan pelayanan keramas. Memang harga yang diberikan lebih tinggi dari tukang cukur yang biasa, tapi hal itu wajar karena sesuai dengan pelayanan yang diberikan.
Orang-orang sukses biasanya berada pada posisi minoritas. Maksudnya adalah orang-orang yang memiliki inovasi, kreatif, dan siap berproses menjadi pengusaha lebih sedikit dibandingkan dengan orang-orang biasa pada umumnya. Karena orang-orang sukses itu berani mengambil keputusan dan resiko yang harus ditanggung dari keputusan tersebut. Mereka berani mengambil tantangan apapun untuk menuju kesuksesannya.
Untuk menjadi orang sukses tidak hanya modal dan integritas saja yang dibutuhkan, justru kreativitas yang berbeda yang menjadikan unsur penting menuju kesuksesan tesebut. Karena jika hanya mengandalkan modal dan integritas saja, maka akan banyak orang yang memiliki hal yang sama. Kreativitas untuk membuat sesuatu yang beda dengan yang lain akan membuat kita berbeda dengan yang lain walaupun konsepnya sama. Dalam bahasa yang mudah diingat adalah menggunakan Amati, Tiru, dan Modivikasi atau disingkat ATM.
Jika kita mau mengambil contoh sederhana, kita bisa menjadikan tukang cukur untuk dijadikan contoh. Kalau hal yang biasa adalah tukang cukur itu berada di pinggir jalan, dibawah pohon di alun-alun. Atau mereka sudah memiliki kios dan peralatan yang sudah lumayan cukup. Tapi ternyata kedua hal diatas sudahmenjadi hal yang biasa, orang-orang yang datang untuk menggunakan jasa mereka juga orang biasa dan harga yang biasa pula. Akan beda kejadiannya jika tukang cukur yang biasa ini berani mengambil inovasi seperti tukang cukur yang diatas.

Kamis, 25 November 2010

Mengkotak-kotakkan Islam

Islam dikotak-kotakkan atas dasar ideologi-ideologi yang hanya berdasarkan pendapat-pendapat saja. Dengan berpendapat bahwa dalil yang digunakan adalah yang paling sah. Mengapa umat islam tak bisa bersatu. Bisa saja karena ideologi yang digenggam itulah yang akhirnya lupa bahwa Al Qur'an adalah pegangan yang harus dipegang erat.

Jangan sampai umat Islam terkotak-kotakkan hanya karena ideologi belaka. Karena Islam itu saudara.

Selasa, 23 November 2010

Tawuran Suporter Bola yang Tak Pernah Selesai

Bismillahirrohmanirrohiim.....

Tawuran suporter Persita tangerang dengan warga dipicu karena mereka saling ejek satu sama lain. Tawuran ini terjadi setelah suporter Persita menyaksikan laga tim kesayangannya tersebut bertanding. Walaupun polisi sudah mengawal ketat para suporter tapi tawuran tidak bisa dielakkan, bahkan tawuran menjadikan jalan menjadi macet. Tawuran ini hanya salah satu potret dari sekian banyaknya kasus yang terjadi di pertandingan sepak bola di Indonesia.

Tawuran hanya menyisakan penyesalan padahal tawuran hanya dipicu oleh hal-hal yang sepele. Lihat saja berapa banyak kerugian yang harus ditanggung oleh keluarga dengan adanya korban tawuran, dari yang luka ringan sampai yang meninggal dunia. Tapi kenyataannya sebagian dari kita belum sepenuhnya memahaminya, buktinya masih saja ada tawuran setiap tahunnya. Baik tawuran apa saja, tawuran suporter, anak sekolah, bahkan MAHASISWA.

Kesadaran untuk menyadari kekalahan dan rendah hati ketika mendapatkan kemenangan. Hal yang semestinya ditanamkan pada sebuah pertandingan karena sudah semestinya dalam pertandingan ada yang menang dan ada yang kalah (ada seri juga). Jangan sampai tidak menerima kekalahan dan menyalahkan pemenangnya... hmmm....

Saya Bangga Jadi Orang GILA

Saya dulu beranggapan bahwa orang yang gila itu karena terlalu banyak beban yang ditanggung olehnya. Karena banyaknya beban tersebut akhirnya dia tidak kuasa untuk mengangkat dan stress, depresi, dan akhirnya gila. Mungkin alasan ini ada benarnya, tapi setelah saya pikir-pikir ternyata setelah orang menjadi gila itu malah tidak memiliki beban apa-apa. Hidupnya tenang tanpa gangguan, tak usah memikirkan apa-apa, cuek, seperti orang yang sedang MERDEKA. Mereka bisa hidup dimana saja dn kapan saja.

Saya sering menemui orang-orang gila yang hidupnya merdeka. Mereka bisa tidur di pinggir jalan, makan apa saja, bahkan tak perlu memikirkan untuk mandi. Karena mungkin bagi mereka hidup itu adalah “semau gue”. Tak perlu memikirkan orang lain, tak perlu resah gelisah bahwa hak dia itu juga dibatasi oleh hak-hak orang lain. Mereka bisa melakukan apa saja tanpa merasa mengganggu orang lain disekitarnya. Bahkan orang yang waras malah enggan dan takut, benar-benar semakin merdeka.

Tapi setelah saya pikir-pikir kembali ternyata lebih enak menjadi orang waras. Karena orang waras memiliki RASA, satu hal yang mungkin tidak dimiliki oleh orang gila. Rasa malu, rasa tanggung jawab, rasa peduli, dan rasa-rasa yang lain yang membuat seseorang merasa dirinya waras. Dengan RASA itulah akhirnya seseorang bisa hidup dengan orang lain dengan baik, tidak seperti orang gila. Tapi dengan hidup berdampingan dengan orang lain, orang waras juga MERDEKA.

Saya akhirnya berpikir ulang untuk memutuskan menjadi orang gila atau menjadi orang waras karena ternyata keduanya sama-sama MERDEKA. Dan akhirnya keputusan yang saya ambil adalah menjadi ORANG WARAS YANG GILA. Semoga tidak salah dalam memilih, atau tidak memilih?

Minggu, 21 November 2010

Semua ini Berawal dari mimpi

Suatu hari, 1998

“Pak,aku besok kuliah di Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang ya?”

Dengan polosnya aku mengungkapkan keinginanku kepada bapakku yang miskin. Waktu itu aku masih kelas dua di MTs N Jeketro. Salah satu MTs Negeri yang ada di Kabupatenku, Grobogan. Aku bisa memiliki mimpi untukkuliah di fakultas tersebut karena salah satu guruku di kelas menyarankan siswanya untuk memiliki cita-cita yang tinggi, salah satunya adalah kuliah, dan aku lupa mengapa aku bisa memutuskan untuk bercita-cita kuliah di Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. Kalau tidak salah kakakku dulu menginginkan aku menjadi seperti Amin Rais, karena kalau tidak salah waktu itu Amin Rais menjadi ketua PP Muhammadiyah. Beliau pandai sekaligus ulet dan pandai berpidato.

suatu hari, Nopember 2010

Aku sudah selesai melaksanakan sholat di masjid Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta , sholat dhuhur. Waktu itu aku ikut menyolatkan jenazah ibu Maryani yang meninggal dunia, beliau adalah salah satu pengungsi erupsi Merapi di UMY. Kemudian aku berjalan ke Fakultas Agama Islam, seperti biasa setelah sholat dhuhur, aku memanfaatkan internet corner di TU untuk mengisi waktu menunggu kuliah jam 13.00. Aku kuliah di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (KPI FAI UMY).

22 Oktober 2008

Kami tak percaya melihat gedung kembar dari ring road walaupun sebelumnya di gambar yang di browsing kakakku lewat google memperlihatkan gedung yang sama. Akhirnya kami menanyakan kepada kondektur bus umum yang kami tumpangi dari Semarang. “Ya, itu UMY” singkat katanya. Dengan perasaan yang tak pernah bisa terungkapkan dengan kata-kata aku mulai memasuki halaman kampus, dengan tas punggung usang milik adikku. “klambi wae ora nduwe, kok kuliah”. Kata-kata yang masih aku ingat waktu kakakku pulang meninggalkan aku sendirian di Yogyakarta.

Antara 2004 s.d. 2008

Lulus dari SMA Muhammadiyah Gubug dengan predikat lumayan, waktu itu aku mendapatkan salaman dari kepala sekolah langsung karena yang lain hanya mendapatkan salaman itu dari wali kelas. Tapi setelah itu, aku tak tahu harus kemana. Kerja? Aku mau kerja apa, aku tak pernah kerja. Kuliah? Orang miskin seperti saya bisa apa? Aku anak keempat dari sebelas bersaudara, orang tuaku miskin. Mungkin ada yang pernah tahu Iklan Layanan Masyarakat yang sering muncul di TVRI waktu dulu. “Aku ingin sekali seperti mereka, tapi bagaimana mungkin, Membaca saja aku tak mampu”

Ramadhan 1429 H/2008

Bukankah Jurusan KPI UMY itu juga sama saja dengan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang? Hampir lah.... Aku sujud syukur karena doaku, harapanku, MIMPI ku 10 tahun yang lalu dikabulkan oleh Allah SWT. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?